Kasus terbunuhnya Deudeuh Tata Chubby alias Alfisahrin, di sebuah kos-kosan di Tebet, yang dibunuh M. Prio Santoso yang merupakan pelanggan layanan jasa seks Tata, membuka mata semua orang tentang maraknya praktek prostitusi terselubung berkedok kos-kosan di ibukota. Sekaligus membuka mata publik, bahwa dunia maya, terutama media sosial telah dipakai sebagai alat komunikasi para pelaku prostitusi untuk menjaring para pelanggannya.
Apalagi setelah itu, satu persatu praktek prostitusi dibongkar dengan macam-macam modus. Misalnya kasus terbongkarnya praktek prostitusi di Apartemen Kalibata City. Dan yang terakhir yang cukup menghebohkannya adalah kasus tertangkapnya artis AA yang diduga terlibat dalam praktek prostitusi kelas atas, bertarif mahal.
Seruan pemberantasan praktek prostitusi pun ramai disuarakan berbagai kalangan. Bahkan ada yang menyebut, Indonesia dalam keadaan darurat prostitusi. Pemerintah pun dituntut bergerak cepat mengatasi itu, serta mencari cara agar prostitusi via internet tak berkembang dengan mudahnya.
Pemerintah pun bukannya diam saja. Berbagai cara dilakukan. Pemerintah Kota Surabaya misalnya, di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini, menutup lokaliasai Dolly, sebuah lokalisasi pelacuran yang kabarnya terbesar se-Asia. Kementerian Komunikasi dan Informatika juga tak tinggal diam, melakukan pemblokiran sejumlah situs yang ditengarai memuat konten pornografi dengan sistem Nawala.
Tapi, ternyata itu belum cukup. Praktek prostitusi tetap marak, baik yang terselubung berkedok macam-macam, sampai yang terang-terangan menjajakan diri di pinggir jalan. Padahal razia demi razia dilakukan, baik oleh Satpol PP maupun pihak kepolisian. Tapi, ternyata tetap saja praktek prostitusi marak terjadi.
Nah, lain lagi dengan pemerintah Kota Zurich, Swiss. Pemerintah Kota Zurich, punya jurus unik dalam memberantas atau membatasi praktek prostitusi di wilayahnya. Seperti apa cara unik pemerintah Kota Zurich, mengendalikan prostitusi di wilayahnya?
Pemerintah Kota Zurich, selama ini memang dipusingkan dengan tak terkendalinya praktek prostitusi yang marak terjadi di pinggir-pinggir jalan kota. Maka, kemudian pemerintah Kota Zurich, melakukan terobosan dengan membangun sebuah lokasi khusus yang diberi nama ‘drive in sex box’. Nah, lokasi parkir khusus ‘drive in sex box’ ini jadi tempat transaksi khusus seks. Tempat khusus ini diberitakan sudah dioperasikan pada Agustus 2013.
Tempat khusus ini mirip garasi. Jadi tamu yang datang ke drive in sex box itu, tinggal memarkirkan mobilnya dalam lot parkir yang sudah disediakan. Lalu, ia tinggal memilih pekerja seks yang sesuai selera syahwatnya. Setelah itu, mereka bisa berasyik masyuk dalam mobil yang sudah diparkirkan.
Di Swiss sendiri, prostitusi memang legal. Tapi, kemudian praktek prostitusi tak terkendali. Bahkan, prostitusi yang marak di jalanan, acapkali berbuah tindak kejahatan, berupa kekerasan dan perampokan. Maka, dibuatlah sebuah terobosan bernama drive in sex box. Namun, tak semua warga Zurich menyetujuinya. Banyak juga yang menentang itu. Ya, soal pro kontra memang biasa terjadi, tak hanya di Zurich, tapi juga di Indonesia. Apalagi bila itu menyangkut kasus yang sensitif.
Sumber: Majalah Tempo
Comments